teori konseling klinikal

Sabtu, 27 Maret 2010

pertemuan ke 16
Teori Konseling Klinikal *)
Diasuh oleh; S. Miharja, S.Ag., M.Pd.

Standar kompetensi
Mahasiswa dapat mengetahui, membedakan, dan menerapkan teori konseling klinikal dalam kegiatan bimbingan dan konseling.

Kompetensi dasar
a. Mampu mengutarakan tokoh kunci konseling klinikal,
b. Menjabarkan mengani pandangan tentang hakekat manusia, asumsi dasar konseling, tujuan konseling, langkah-langkah konseling, teknik konseling, dan alat pengumpulan data konseling klinikal

A. PENGANTAR
Konseling klinikal sudah dirintis oleh Donald G Paterson, 1920. Perhatian penelitiannya pada perbedaan individu dan pengembangan tes. Walaupun demikian, istilah konseling klinikal sering dikaitkan dengan nama Edmund Griffith Wiliamson yang popular dengan konseling direktifnya. Tujuan utama konseling direktif Wiliamson adalah membantu klien mengganti tingkah laku emosional dan impulsif dengan tingkah laku yang rasional. Lepasnya tegangan-tegangan / tension dan diperolehnya insight dipandang sebagai suatu hal yang urgen.
Konseling klinikal berkembang diawali dari konsep konseling jabatan / vocational counseling, yang menitikberatkan pada kesesuaian pendidikan dengan jabatan / vocational. Konseling jabatan pertama-tama dirintis dan diperkenalkan oleh Frank Parson, 1909 yang menekankan tiga aspek penting diantaranya, ialah: (1) Pemahaman yang jelas tentang potensi-potensi yang dimiliki individu termasuk didalamnya ialah tentang bakat, minat, kecakapan, kekuatan-kekuata maupun kelemahan-kelemahannya, (2) Pengetahuan tentang syarat, kondisi, kesempatan, dan tentang prospek dari berbagai jenis pekerjaan atau jabatan atau karier, (3) Penyesuaian yang tepat antara kedua aspek tersebut.
Tonggak yang telah dipancangkan oleh Frank Parson ini adalah merupakan sebagai suatu landasan ilmiah dari studi Paterson dalam rangka mengembangkan alat ukur objektif yang mempunyai tujuan mengetahui kemampuan dan kecakapan yang dimiliki oleh individu. Oleh karena maksud dari konsep dasar ini adalah mengembangkan pendekatan empiris dalam konseling dengan cara menyajikan hubungan nyata antara karakteristik klien dengan jenis pekerjaan dan pendidikan. Maka dari itu dalam konseling klinikal digunakan alat ukur objektif, apakah itu berupa tes maupun non-tes sebagai alat utama.
Istilah klinikal, apakah dalam arti diagnosis klinikal maupun konseling klinikal adalah merupakan kerangka acuan kerja, yang mendasarkan pada konsep bahwa konselor bukanlah semata-mata penata dan pelaksana tes, tetapi dia juga bekerja menghadapi individu sebagai pribadi seutuhnya. Jadi ini berarti bahwa konseling klinikal didasari pada pandangan tertentu tentang hakikat manusia.

B. PANDANGAN TENTANG HAKEKAT MANUSIA
Secara terperinci pandangan tentang hakikat manusia dalam konseling klinikal adalah diuraikan sebagai berikut:
a. Pada hakikatnya manusia berusaha untuk menjadikan dirinya sendiri. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk berpikir dan menggunakan ilmu pengetahuan untuk mengembangkan dirinya sendiri dan kemajuan umat manusia. Manusia dilahirkan memiliki potensi positif dan juga memiliki potensi yang negatif. Sedangkan tujuan hidup manusia adalah untuk mencari kebaikan dan menghindari keburukan. Ini berarti bahwa seorang konselor harus selalu bersikap optimis, bahwa melalui pendidikan, manusia itu dapat berkembang dan menemukan dirinya sendiri, maupun untuk belajar memecahkan masalah yang sedang dihadapinya terutama apabila dia belajar menggunakan kecakapan-kecakapannya.
b. Manusia secara potensial memiliki kecenderungan yang negatif, dalam artian tidak bisa mengendalikan diri, karena itu dia tidak memiliki kemampuan untuk berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya secara optimal, dia memerlukan orang lain.
c. Hakikat dari kehidupan yang baik dan kesempurnaan pribadi adalah dengan cara mengembangkan diri yang dilandasi penuh rasa kasin sayang.
d. Manusia harus berusaha untuk menemukan dirinya sendiri, dalam artian mencapai kehidupan yang baik.
e. Manusia haruslah berusaha untuk menciptakan hubungan yang baik antara sirinya sendiri dengan lingkungannya.
f. Kepribadian seseorang merupakan suatu bentuk kesatuan dari berbagai potensi yang melahirkan tingkah laku yang teratur dan terarah.
g. Manusia memiliki kepribadian yang unik, artinya mempunyai kepribadian yang berbeda antara seseorang dengan orang lainnya.
h. Manusia mencapai kesempurnaan diri yang bersumber pada perbedaan pola kecakapan dan potensi yang dimilikinya.

C. ASUMSI DASAR KONSELING KLINIKAL
Proses konseling itu berlangsung dilandasi oleh beberapa asumsi dasar tentang pola hubungan antara konselor dengan klien dan bagaimana keterlibatan serta peranan mereka didalamnya. Hubungan konseling klinikal antara lain dilandasi oleh beberapa asumsi dasar sebagai berikut di bawah ini (a) Walaupun konseling itu bertujuan untuk membantu individu / klien mencapai tingkat perkembangan yang optimal, tetapi kehidupan sosial individu dengan segala hambatan dan kekurangannya dalam memcapai tujuan tidaklah diabaikan. (b) Konseling tidak hanya menghargai keunikan atau kekhasan individu, tetapi juga mengakui akan adanya ketergantungan individu yang satu terhadap individu yang lainnya. Karena individu itu akan bermakna apabila ada kaitannya dengan individu lainnya. (c) Konseling menganggap kesukarelaan dari individu untuk menerima konseling adalah penting. Tetapi keterbatasan untuk menerima konseling secara sukarela pada individu tetap dan selalu ada, karena konselor memilikitanggung jawab untuk mendorong klien yang memerlukan dan bahkan yang dianggap perlu memperoleh konseling. (d) Konseling itu diperlukan oleh klien jika klien menghadapi suatu masalah yang tidak dapat diatasi atau tidak dipecahkan sendiri. Jadi, konseling klinikal ini bersipat remedial dan juga menangani klien yang mengalami keterlambatan dalam perkembangannya. (e) Hubungan konseling adalah bersipat netral; terhadap morma dan nilai-nilai.Artinya konselor tidak boleh mengambil sikap tertentu terhadap norma dan nilai-nilai yang dianut oleh klien. Walaupun demikian, hubungan konseling tidaklah terlepas dari pengaruh pola berpikir konselor, karena ia mempunyai tujuan tertentu. (f) Tujuan utama dari konseling ialah membantu individu untuk dapat memahami dirinya secara rasional.Ini berarti bahwa tujuan konseling adalah untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh individu, dengan melihat secara objektif berbagai kesulitan yang berasal dari lingkungan dalam kaitannya dengan kesulitan yang dihadapi oleh individu itu sendiri.

D. TUJUAN KONSELING KLINIKAL
Tujuan dari pelaksanaan pelayanan konseling klinikal dapat diuraikan sebagai berikut: (a) Klien yang perlu mendapat bantuan adalah siswa yang menghadapi masalah yang tidak dapat memecahkan masalahnya sendiri. Untuk dapat mrmbantu siswa dalam memecahkan masalahnya, konselor harus memahami dengan seksama seluk beluk dan liku-liku masalah yang dihadapi oleh siswa sebagai suatu dasar bagi konselor dalam menentykan teknik atau pendekatan yang tepat. (b) Karena pada dasarnya konseling klinikal adalah merupakan suatu proses personalisasi dan individualisasi, maka tujuan dari konseling adalah untuk membantu siswa mempelajari, memahami dan menghayati dirinya sendiri serta lingkungannya (proses individuasi), serta melancarkan terjadinya proses pengembangan diri, pemahaman diri, perwujudan ciata-cita, dan penemuan identitas diri (proses personalisasi). (c) Tujuan lain adalah agar individu mampu belajar melihat dirinya sendiri sebagaimana adanya dan mampu mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya secara optimal. Untuk mencapai tujuan ini, pola hubungan yang penuh dengan akeakraban, bersahabat, perhatian, dan ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain perlu ditanamkan dalam proses hubungan konseling.

E. LANGKAH-LANGKAH KONSELING KLINIKAL
Pertama, Analisis. Langkah analisis adalah merupakan langkah untuk memahami kehidupan individu, yaitu dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber. Kegiatan pengumpulan data dimaksud adalah berkenaan dengan bakat, minat, motof-motif, kehidupan emosional serta karakteristik yang dapat menghambat atau mendukung penyesuaian diri dari individu.
Alat-alat yang bisa dipakai untuk mengumpulkan data dalam rangka langkah analisis ini, diantaranya: Kartu pribadi / commulative record, Nilai rapor, Hasil pemeriksaan psikologis, Catatan anekdot, Biografi, Pedoman wawancara, dan Pedoman observasi.
Sedangkankan sumber-sumber data yang bisa dipakai dalam mengumpulkan data dalam rangka analisis, di antaranya: Siswa bersangkutan, Teman siswa, Guru mata pelajaran, Wali kelas, Kepala sekolah, Orang tua / wali siswa, Pegawai sekolah, Petugas bimbingan dan konseling, Buku rapor, Daftar absen siswa, Catatan anekdot, Observasi langsung, Hasil angket, dan lain-lain.
Kedua, Sintesis. Sintesis adalah langkah menghubungkan dan merangkum data. Ini berarti bahwa dalam langkah sintesis konselor mengorganisasikan dan merangkum data sehingga tampak dengan jelas gejala atau keluhan-keluhan siswa, serta hal-hal yang melatar belakangi masalah siswa. Rangkuman data haruslah dibuat berdasarkan data yang diperoleh dalam langkah analisis.
Ketiga, Diagnosis. Diagnosis adalah langkah menemukan masalahnya atau mengidentifikasi masalah. Langkah ini meliputi proses interpretasi data dalam kaitannya dengan gejala-gejala masalah, kekuatan, dan kelemahan siswa. Dalam proses penafsiran data dalam kaitannya dengan perkiraan penyeba masalah konselor / pembimbing harus menentukan penyebab masalah yang paling mendekati kebenaran atau menghubungkan sebab-akibat yang paling logis dan rasional. Inti masalah yang diidentifikasi oleh konselor atau pembimbing dalam langkah diagnosis mungkin saja lebih dari satu.
Keempat, Prognosis. Prognosis yaitu langkah meramalkan akibat yang mungkin timbul dari masalah itu dan menunjukan perbuatan-perbuatan yang dapat dipilih.Atau dengan kata lain prognosis adalah suatu langkah mengenai alternatif bantuan yang dapat atau mungkin diberikan kepada siswa sesui dengan masalah yang dihadapi sebagaimana yang ditemukan dalam rangka diagnosis.
Kelima, Konseling atau treatment. Langkah ini adalah merupakan pemeliharaan yang berupa inti pelaksanaan konseling yang meliputi berbagai bentuk usaha, diantaranya: menciptakan hubungan yang baik antara konselor dan klien, menafsirkan data, memberikan berbagai imformasi, serta merencanakan berbagai bentuk kegiatan bersama klien.
Konselor harus selalu ingat bahwa memberikan bantuan melalui hubungan konseling tidaklah selalu terpaku dengan sala satu teknik atau pendekatan konseling, karena pada kenyataannya tidaklah ada sala satu teknik atau pendekatan yang baku berlaku bagi semua klien. Setiap teknik atau pendekatan mungkin hanya dapat diterapkan kepada klien / siswa yang menghadapi masalah khusus.
Hal-hal yang mungkin bisa dilakukan oleh konselor untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalahnya melalui konseling klinikal, di antaranya: (a) Memperkuat komformitas, (b) Mengubah lingkungan, (c) memilih lingkungan yang memadai, (d) Mempelajari keterampilan yang diperlukan, (e) Mengubah sikap.

F. TEKNIK KONSELING
Sedangkan pemberian bantuan melalui konseling klinikal menurut E.G. Williamson dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik konseling, sebagai berikut:
Pertama, Pembentukan rapport. Komunikasi antara konselor dengan klien akan lebih mudah apabila sudah terbentuk hubungan baik / rapport. Karena rapport itu merupakan dasar untuk untuk membentuk kepercayaan dan pengertian antara konselor dengan klien. Tanpa rapport yang baik tidak mungkin dilakukan kerja sama antara konselor dan klien. Dalam membentuk rapportyang baik konselor menggunakan bahasa yang sesuai dengan bahasa klien. Klien harus dibiarkan bicara dengan caranya sendiri dan pada waktu bersamaan konselor memisahkan semua informasi yang relevan dengan diagnosis. Dalam membentuk rapport ini klien mungkin membutuhkan suatu dukungan / support atau simpati-simpati tertentu yang pada dasarnya untuk memastikan bahwa konselor ada bersamanya, menerima dan mengerti dirinya atau dengan kata lain konselor atau pembimbing bersikap baik, menerima dan memperlakukan klien sebagaimana adanya atau sebagai seorang pribadi.
Kedua, Membantu klien meningkatkan pemahaman diri, menerima dan memperlakukan klien sebagaimana adanya atau sebagai seorang pribadi.
Ketiga, advice. Memberikan advice atau marencanakan program apa yang akan dilakukan / program kegiatan. Disini konselor harus bertitik tolak dari tujuan, maupun pandangan dan sikap klien yang kemudian dikaitkan dengan data yang diperoleh dari hasil diagnosis terdahulu. Ada tiga metode yang dapat dipergunakan konselor didalam memberikan nasihat kepada klien diantaranya: (a) Secara langsung, konselor secara langsung dan terbuka mengemukakan pendapatnya pada klien. (b) Secara tak langsung, konselor mengatakan pendapatnya secara tidak langsung yang sekaligus dapat mempengaruhi klien untuk melihat sendiri hasil dari berbagai kemungkinan tindakan yang mungkin dipilihnya. (c) Menerangkan, metode menerangkan ini adalah yang paling baik dan memuaskan. Konselor secara hati-hati dan pelan menerangkan hasil diagnosis dan menunjukkan berbagai kemungkinan untuk mengembangkan potensi klien.
Keempat, Melaksanakan rencana. Sesuai dengan apa yang telah dipilih dan telah dipitiskan oleh klien, konselor membantu klien dalam melaksanakan keputusan atau rencana kegiatan yang telah dipilih, misalnya: membantu program belajar (program harian, mingguan, bulanan, dan semesteran.
Kelima, Mereferal ke ahli lain. Apabila ternyata untuk melaksanakan rencana atau keputusan itu konselor tidak bisa (tidak memiliki kemampuanatau diluar batas kemampuan dan wewenangnya melakukan sendiri, konselor dapat mereferaal (merujuk klien tersebut kepada ahli lain yang berwenang, memiliki kemampuan sesuai dengan yang dihadapi klien.
Keenam, Follow-up. Langkah follow-up atau tindak lanjut adalah merupakan suatu langkah penentuan efektif tidaknya suatu usaha konseling yang telah dilaksanakannya. Langkah ini merupakan langkah membantu klien melakukan program kegiatan yang dikehendaki atau membantu klien kembali memecahkan masalah-masalah baru yang berkaitan dengan masalah semula.


G. ALAT PENGUMPULAN DATA KONSELING KLINIKAL
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja, melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala-gajala yang diselidiki. Observasi itu sendiri mempunyai pengertian yang sempit dan juga pengertian yang luas. Dalam arti yang sempit observasi berarti mengamati secara langsung terhadap gejala yang ingin diselidiki. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa observasi adalah proses mengamati tingkah lakusiswa dalam suatu situasi tertentu.Situasi yang dimaksud bisa situasi yang sebenarnya (alamiah, dan bisa situasi yang sengaja diciptakan (eksperimental. Alat pengumpul data yang bisa di gunakan dalam melakukan observasi adalah dengan menggunakan catatan anekdot atau lebih popular disebut blanko observasi. Blanko observasi dapat digunakan oleh pembimbing sebagai alat bantu dalam mencatat dan mendeskripsikan tingkah laku siswa yang sedang diamati. Hal yang perlu diperhatikan dalam observasi oleh pembimbing ialah mencatat hanya apa yang nyata-nyata terjadi, dan tidak mencampuradukkan dengan berbagai komentar atau interpretasinya terhadap tingkah laku siswa yang diamatinya.
Fungsi observasi dalam konseling untuk memperoleh informasi melalui interviu dengan klien itu sendiri, atau juga berdasarkan imformasi yang diperoleh dari orang lain yang secara langsung mengenai diri klien. Imformasi-imformasi yang diungkapkan itu tidak saja berupa apa yang dikatakannya dan diperbuat, tetapi juga dari cara bagaimana mengungkapkannya serta melakukannya. Jadi, dapatlah dikatakan bahwa fungsi dari observasi dalam kaitannya dengan konseling disamping untuk memperoleh gambaran dan pengetahuan serta pemahaman mengenai diri klien, juga berfungsi untuk menunjang dan melengkapi bahan-bahan yang diperoleh melalui interviu (wawancara.
Para ahli sering mengelompokan jenis-jenis observasi sesuai dengan tujuan dan lapanganya. Teknik observasi atas tiga macam yaitu: Participant observation, systematic observation, and observation in standardized experimental or test situation. Observasi partisipasi pada umumnya dipergunakan untuk penelitian yang bersifat eksplorati. Suatu observasi disebut observasi partisipasi bila observer turut mengambil bagian dalam observasi. Observasi sistematik sering pula diberi nama observasi berkerangka. Sebelum mengadakan observasi terlebih dahulu dibuat kerangka tentang berbagai faktor dan ciri-ciri yang akan diobservasi. Observasi eksperimental ialah suatu observasi yang memiliki ciri-ciri, yaitu:1. situasi dibuat sedemikian rupa sehingga observer tidak mengetahui maksud diadakannya observasi, 2. dibuat variasi situasi untuk menimbulkan tingkah laku tertentu, 3. observasi dihadapkan pada situasi yang seragam, 4. situasi ditimbulkan atau dibuat sengaja, 5. faktor-faktor yang tidak diinginkan pengaruhnya dikontrol secermat mungkin, dan 6. segala aksi-reaksi dari observasi dicatat secara teliti dan cermat.
Alat pencatat observasi acap disebut pedoman observasi, perlu dipersiapkan sebelumnya dengan sebaik-baiknya. Pedoman observasi dimaksud, banyak sekali mampaatnya dalam membantu konselor memcatat hal-hal yang diobservasi. Beberapa alat pembantu observasi diantaranya: (1) Catatan anekdot. Catatan anekdot ialah menggambarkan prilaku seseorang atau sekelompok orang dalam situasi seperti adanya. Gambaran ini diambil secara sistematis dan diharapkan tidak bercampur baur dengan berbagai macam interpretasi, walaupun dalam kenyataannya biasanya sering bercampur antara kejadian dan interpretasi. Ada tiga tipe catatan anekdot, diantaranya sebagai berikut: (1) Catatan anekdot tipe deskriptif Ialah suatu catatan anekdot yang menggambarkan tingkah laku yang terjadi tanpa dibarengi oleh komentar atau interpretasi konselor. (2) Catatan anekdot tipe interpretative islah catatan anekdot yang menggambarkan tingkah laku nyata terjadi tanpa disertai interpretasi konselor terhadap tingkah laku tersebut. (3) Catatan anekdot tipe evaluative ialah catatan anekdot yang mendeskripsikan tingkah laku dan dapat dipergunakan untuk mengadakan avaluasi terhadap perkembangan tingkah laku klien yang bersangkutan.
Daftar cek ialah suatu daftar yang berisi asfek-asfek yang mungkin terdapat dalam suatu situasi, tingkah laku maupun kegiatan individu yang sedang menjadi fokus perhatian atau yang sedang diamati. Jadi, yang dimaksud daftar cek adalah merupakan suatu daftar yang mengandung atau mencakup faktor-faktor yang ingin diselidiki atau diamati. Fungsi daftar cek dalam rangka observasi yang berkaitan dengan proses hubungan konseling adalah sebagai alat pencatat hasil observasi situasi, tingkah laku, ataupun kegiatan individu yang diamati. Daftar cek bermanfaat untuk mendapatkan faktor-faktor yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi. Hasil dari observasi dapat segera dicatat dalam daftar cek yang telah disediakan sebelumnya. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa dengan mempergunakan daftar cek konselor hanya tinggal menandai fakto-faktor tingkah laku yang cocok atau tidak cocok dengan daftar cek itu. Karakteristik daftar cek yang baik. Karakteristik daftar cek yang baik ialah suatu daftar cek yang dapat berfungsi sebagai suatu alat pencatat yang baik dari hasil observasi, apabila memiliki karakteristik sebagai berikut: Direncanakan secara sistematis; Sesuai dengan yang ingin dicapai atau yang dirumuskan terlebih dahulu; Berupa format yang episien dan efektif; Dapat diperiksa validitas, Reabilitas, dan ketepatannya; Hasil pengecekan diolah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai; Bersifat kuantitatif.

2. Teknik Komunikasi
Komunikasi adalah merupakan kegiatan manusia berhubungan satu sama lain yang demikian otomatis. Sehingga sering terlupakan bahwa keterampilan berkomunikasi adalah hasil belajar manusia. Keinginan untuk berhubungan satu sama lain adalah disebabkan pada hakikatnya adalah naluri manusia itu selalu ingin hidup berkawan atau berkelompok. Dengan adanya naluri pada manusia itu, maka komunikasi dapat dikatakan sebagai bagian yang hakiki dari kehidupan manusia bermasyarakat. Istilah komunikasi bersumber dari bahasa latin yaitu communicare yang berarti mamberitahukan, berpartisipasi, menjadikan milik bersama. Apabila dirumuskan secara luas, maka komunikasi mengandung pengertian-pengertian, memberitahu dan menyebarkan informasi, berita, pesan, pengetahuan, pikiran-pikiran, nilai-nilai, dengan tujuan untuk manggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan itu menjadi milik bersama. Berkaitan dengan pengumpulan data dalam konseling, maka salah satu prinsip dalam teknik komunikasi ialah konselor mengkomunikasikan maksud pengumpulan data kepada klien. Mengkomunikasikan hal semacam ini tidak dapat dilakukan dalam observasi.
Alat-alat pengumpulan data yang dapat digunakan dalam teknik komunikasi bisa berupa testing maupun non-testing. Alat pengumpulan data yang bersipat testing itu didalam pelaksanaannya terutama tes psikologis memerlukan tenaga professional dalam bidangnya sehingga untuk ini diperlukan tenaga ahli.
Jenis-jenis pengumpulan data non-testing antara lain wawancara, daftar cek masalah, angket, dan sosiometri. (1) Wawancara. Ialah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara Tanya jawab antara interviewer (penanya dengan interviewee (responden = pnjawab. Atau dengan kata lain dalam wawancara terhadap unsur-unsur sebagai berikut: a. pertemuan tatap muka (face to face, b. cara yang dipergunakan ialah cara lisan, dan c. pertemuan tatap muka itu mempunyai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan wawancara yang baik, kiranya perlu disusun suatu pedoman wawancara yang rinci dan sistematis. (2) Daftar cek masalah. Ialah seperangkat pertanyaan yang menggambarkan jenis-jenis masalah yang mungkin dihadapi klien. Atau dengan kata lain daftar cek masalah ialah daftar kemungkinan masalah yang disusun untuk merangsang atau memancing pengungkapan masalah yang pernah dan sedang dialami, atau masalah yang dirasakan, dan yang tidak dirasakan oleh seseorang. (3) Angket atau kuesioner. Ialah seperangkat pertanyaan pada responden, yang digunakan untuk mengubah berbagai keterangan yang langsung diberikan oleh responden menjadi data, serta dapat pula digunakan untuk mengungkapkan pengalaman yang telah dialami saat ini. (4) Sosiometri. Ialah alat yang digunakan untuk mengungkap hubungan sosial siswa dalam kelompoknya, dapat meneliti kesukaran seseorang terhadap teman sekelompoknya dalam kegiatan belajar, bermain, bekerja dll.
Jenis pengumpul data testing antara lain THB, TPA, TKK, TM, TKV, dan tes kepribadian. (1) Tes hasil belajar. Mengukur apa yang telah dipelajari diberbagai bidang pelajaran. (2) Tes kemampuan intelektual. Mengukur taraf kemampuan berpikir, terutama berkaitan dengan potensi untuk mencapai taraf prestasi tertentu dalam belajar di sekolah. (3) Tes kemampuan khusus. Mengukur taraf kemampuan seseorang untuk berhasil dalam bidang studi tertentu, program pendidikan vokasional tertentu atau bidang pekerjaan tertentu. (4) Tes minat. Mengukur kegiatan macam apa paling disukai seseorang. (5) Tes perkembangan vokasional. Mengukur taraf perkembangan orang muda dalam hal kesadaran memangku suatu pekerjaan atau jabatan. (6) Tes kepribadian. Mengukur ciri-ciri kepribadian yang bukan bersifat kogniitif, seperti karakter, temperamen, emosi, kesehatan mental, relasi sosial, penyesuaian diri, dll.

3. Teknik studi dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen sebagai sumber data. Cara pengumpulan data dengan menggunakan dokumen sebagai sumber data berkaitan dengan proses hubungan konseling klinikal dapat berupa (a) buku prestasi (rapor), (b) buku induk (legger), (c) catatan kesehatan, dan (d) rekaman kegiatan.

1 komentar:

Agnes mengatakan...

Kalo boleh tahu, ini referensinya dari buku dan atau jurnal apa ya pak? Terima kasih.

Posting Komentar